BebasBanjir2015

Isnugroho

TINJAUAN PENYEBAB BANJIR DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

Oleh: Isnugroho

1

2

3

4

4

5

5

6

6

7

7

Sumber: Isnugroho (2002). Tinjauan Penyebab dan Upaya Penanggulangannya. Alami: Jurnal Air, Lahan. Lingkungan dan Mitigasi Bencana. Volume 7 Nomor 2 Tahun 2002.

POLA PENYIMPANAN DAN PENGGUNAAN AIR PENTING UNTUK KONSERVASI SDA

Dua aspek yang penting diperhatikan dalam upaya pemeliharaan sumber daya air (SDA) ialah masalah penyimpanan dan pola pengunaan air. Selama ini masyarakat cenderung mengabaikan kedua hal yang berpengaruh terhadap jumlah dan kualitas dari air yang digunakan.

“Dulu setiap rumah mempunyai kolam penampung penyimpanan air, kini dengan berbagai alasan halaman rumah diperkeras. Hal ini berdampak hujan tidak diresap tanah,” ungkap Kepala Bidang Program dan Kerjasama Pusat Penelitian dan Pengembangan (Litbang) SDA Isnugroho pada siarannya di RRI, dalam rangka peringatan 70 Tahun Pusat Litbang SDA, Minggu (26/11).

Lebih lanjut Isnugroho menjelaskan tidak diresapnya air hujan, mengakibatkan air langsung mengalir ke saluran air atau sungai. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab terjadinya banjir. Isnugroho juga menyebutkan budaya masyarakat dalam menggunakan air secara berlebihan.

“Orang mungkin lupa, bahwa air tidak hanya digunakan untuk keperluan saat ini tetapi juga untuk kepentingan anak cucu kita di masa depan. Air adalah kebutuhan kita bersama.” ujar Isnugroho.

Masyarakat juga mempunyai persepsi yang salah mengenai keberadaan sungai. Dari dulu masyarakat terbiasa membuang sampah di bantaran dan aliran sungai. Maka tidak aneh jika kualitas air sungai di banyak tempat terus menurun dan tidak bisa digunakan untuk keperluan air sehari-hari.

Banyaknya kesalahan persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan dan pemeliharaan SDA, coba diperbaiki dengan pendidikan dan pengenalan cara memperlakukan SDA sejak dini. Isnugroho menyarankan dimasukkannya materi tentang SDA ini dalam kurikulum pendidikan.

Dalam siaran radio tersebut, Isnugroho juga menjelaskan selama 70 tahun Pusat Litbang SDA selalu melakukan penelitian-penelitian yang bersifat praktis sehingga bisa diaplikasikan masyarakat. Penelitian selalu berorientasi pada kebutuhan masyarakat serta menghindari hal-hal yang bersifat mercu suar.

Dalam rangka memeriahkan peringatan 70 tahun Pusat Litbang SDA, Departemen PU mengadakan beberapa rangkaian acara diantaranya, lomba menggambar dan membuat poster bagi para pelajar SD, SMP, dan SMU dengan tema Pengelolaan Air dan Lingkungan. Ini merupakan salah satu cara pendidikan tentang SDA kepada generasi muda.

Selain lomba untuk para pelajar tersebut, dalam Pekan juga diselenggarakan kolokium, seminar internasional, bedah buku, serta diskusi tentang SDA. Khusus untuk seminar dan diskusi pihak panitia menghadirkan para tenaga ahli bidang SDA dari Jerman, Jepang, Finlandia, India serta beberapa Negara lainnya. (rnd) Pusat Komunikasi Publik – 271106

Sumber:  http://www.pu.go.id/index.asp?link=Humas/news2003/ppw281106rnd.htm

3 Komentar »

  1. Penannggulangan banjir merupakan suatu sistem mata rantai yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya dan penanggulangan juga tidak dapat hanya sebagian saja, jadi harus kita kaji secara menyeluruh dan kalau kita berbicara masalah banjir berarti kita harus membicarakan sungai secara menyeluruh dan setiap sungai mempunyai karekteristik yang berbeda-beda

    Komentar oleh SARUDJI ISMAIL — Desember 17, 2008 @ 10:30 am

  2. Kami setuju dengan Pak Sarudji. Pengendalian banjir akan memberikan hasil optimal jika setiap pemilik persil lahan di setiap wilayah catcment area / daerah aliran sungai (DAS) membangun fasilitas genangan atau fasilitas resapan di persil lahannya masing-masing. Tersedia banyak pilihan teknologi sederhana untuk itu.

    Meski karakteristik setiap DAS berbeda-beda, tapi setiap DAS pasti habis terbagi dalam persil-persil lahan. Masing-masing persil lahan melekat hak kepemilikan (property right) di atasnya. Artinya pada masing-masing persil itu ada aktor pelaku yaitu si pemilik / pengelola persil. Karena itu yang paling krusial dalam pengendalian banjir adalah mengupayakan agar setiap pemilik / pengelola persil lahan di seluruh wilayah DAS mau melakukan “sesuatu” di persil lahannya masing-masing. Hal ini hanya dapat dilakukan jika terdapat aksi kolektif lokal di seluruh wilayah DAS. Aksi kolektif lokal adalah hasil keputusan kolektif lokal, dan keputusan kolektif adalah produk musyawarah lokal dari warga DAS.

    Karena itu kami mengusulkan agar di setiap desa / kelurahan di tiap wilayah DAS difasilitasi terjadinya kolektif lokal warga DAS yang bertujuan untuk mengendalian banjir. Untuk lebih jelas dapat dibaca pada: https://bebasbanjir2025.wordpress.com/bebas-banjir-mungkinkah/

    sahroel.

    Komentar oleh Sahroel Polontalo — Desember 17, 2008 @ 5:22 pm

  3. Terima kasih banyak …
    Semoga makalah ini dapat meminimalisir banjir yg tengah melanda sejumlah kota dan desa di Indonesia.
    God bless you all ^_*

    Komentar oleh Octi Vionita Dwi Lestari — Januari 21, 2012 @ 7:54 pm


RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.