Teknologi Pengendalian Banjir
Rangkaian halaman yang berinduk pada halaman “Teknologi Pengendalian Banjir” ini adalah kumpulan teknologi / metode / teknik yang dapat diterapkan baik pada skala persil lahan maupun pada skala kawasan. Kumpulan teknologi yang oleh WordPress diurut secara alfabetis ini dikutip dari berbagai sumber (yang disebutkan pada tiap akhir tulisan). Kumpulan teknologi yang sempat kami kumpulkan adalah:
- Agroforestry
- Areal Peresapan Air Hujan
- Bendungan Bawah Tanah
- Budidaya Lorong
- Daerah Konservasi Air Tanah
- Dam Parit
- Dam Pengendali (Check Dam)
- Deep Tunnel Reservoir System
- Embung
- Guludan
- Kolam / Balong
- Kolam Konservasi Air Hujan.
- Kolam Retensi
- Lubang Galian Tanah
- Lubang Resapan Biopori
- Modifikasi Lansekap
- Mulsa
- Mulsa Vertikal (Slot Mulch)
- Penampungan Air Hujan
- Penanaman Dalam Strip
- Pengolahan Tanah Minimum
- Pengolahan Tanah/Penanaman Menurut Kontur
- Polder
- Rain Gardens
- Retarding Basin
- Revitalisasi Danau, Telaga, atau Situ
- Rorak / Parit Buntu
- Sabuk Resapan
- Saluran / Parit Resapan
- Sawah
- Stormwater Detention Pond
- Strip Penyangga Riparian
- Strip Rumput
- Sumur Injeksi
- Sumur Resapan
- Tanaman Penutup Tanah
- Tanggul / Pagar Pekarangan
- Teknologi Modifikasi Cuaca
- Teras
- Tirta Sangga Jaya (TSJ)
- Waduk Pengendali Banjir
- Waduk Resapan
Maaf,mau tanya..Kalau saya baca di koran selama ini,di Surabaya digunakan rumah pompa di beberapa kawasan untuk mengatasi banjir. Ada juga penggunaan bozeem mini. Apakah untuk rumah pompa dan bozeem merupakan bagian dari teknologi pengendalian banjir? Apakah ada artikel yang terkait tentang itu?
Makasih banyak 😀
-astrid-
Komentar oleh astrid — Februari 13, 2009 @ 2:02 pm
thats right astrid, rumah pompa dan boozem mini merupakan salahsatu prasarana pengendalian banjir, kmu tinggal dimana?…:))
Komentar oleh adhi — Oktober 3, 2009 @ 3:58 am
Ijin baca-baca aja, smakin menarik artikel-artikelnya. Makasih buat semua penulisnya.
Komentar oleh pasarjogja.com — Maret 31, 2010 @ 12:40 am
Maaf saya kurang setuju dengan istilah “bebas banjir”, karena dengan upaya apapun baik fisik dan nonfisik kita tidak mungkin membuat dataran banjir (flood plain)yang telah dibudidayakan a.l menjadi kawasan perkotaan, permukiman, perindustrian, pertanian, dsb. menjadi kebal thd luapan banjir secara mutlak. Dataran banjir secara alamiah terbentuk oleh endapan sedimen yang terbawa oleh luapan sungai pada saat banjir. DKI Jakarta, Semarang, Surabaya dan hampir seluruh kota besar di Indonesia berada di dataran banjir. Integrated flood management (IFM) is a process promoting an integrated-rather than a fragmented approach to flood management within the context of IWRM, and aims at maximising the net benefits from flood plains and minimising loss of life.
Komentar oleh Siswoko — November 15, 2010 @ 1:47 pm
DTRS (Deep Tunnel Reservoir System) merupakan alternatif solusi yang sangat2 mahal dibanding solusi lainnya, dan masalah banjir/genangan di Jakarta bukan hanya karena luapan Ciliwung. Konon DTRS direncanakan dapat memotong puncak banjir Ciliwung sebesar 100 m3/dt. Bila itu benar, sesungguhnya dengan meninggikan tanggul Banjir Kanal Barat (BKB) sebesar 30-40 cm saja, kapasitas BKB sudah naik sebesar 100 m3/dt, dengan gravity flow tanpa pompa.
Komentar oleh Siswoko — November 15, 2010 @ 2:14 pm
Saya setuju dengan pak Siswoko..jangan gunakan istilah bebas banjir..karena setiap upaya pengendalian banjir hanya berguna untuk mengurangi resiko kerugian banjir..banjir sifatnya uncertanty..pada saat kita merencanakan pasti dengan mempertimbangkan probabilitas..jd tidak ada yang pasti kayaknya..
Komentar oleh Anik — November 16, 2010 @ 4:28 pm
Makasih Pak Siswoko telah mengunjungi blog kumpulan tulisan ini.
Tulisan Pak Sis: BANJIR, MASALAH BANJIR DAN UPAYA MENGATASINYA, https://bebasbanjir2025.wordpress.com/10-makalah-tentang-banjir-2/siswoko/ menjadi salah satu tulisan yang paling banyak dikunjungi.
Soal istilah bebas banjir yang bapak kurang setuju, bagi kami nggak apa-apa bapak kurang setuju.
Istilah itu muncul dari kerangka berpikir kami yang sederhana, yang tergambar dari mimpi kami tentang sebuah DAS (catcment): https://bebasbanjir2025.wordpress.com/mimpi-tentang-das-ciliwung-2/.
Jika tiap pemilik persil lahan (persil kehutanan, persil pertanian, persil permukiman, persil kawasan komersil) melakukan sesuatu – dengan teknologi konservasi tanah dan air serta teknologi pemanenan air hujan – di persil lahannya masing-masing, sehingga debit run off yang keluar dari persil lahan masing-masing menjadi seminim mungkin yang bisa dicapai, kami berharap, mungkin saja kondisi bebas banjir itu dicapai.
Jadi, semangatnya adalah bagaimana menurunkan koefisien run off DAS dengan mengurangi koefisien run off masing-masing persil lahan di DAS yang bersangkutan. Siapa yang melakukannya? Tentu si pemilik persil lahan. Bagaimana agar tiap pemilik persil mau melakukannya? Itu tantangannya. Syukurlah di UU SDA, ada pilar pemberdayaan masyarakat. Kami berharap model pelibatan tiap pemilik persil lahan di DAS ini bisa ikut mewarnai implementasi pemberdayaan masyarakat dalam UU itu.
Komentar oleh Sahroel Polontalo — November 17, 2010 @ 9:44 am
tulisan bapak saya kopi yah..untuk dibaca 🙂
Komentar oleh desmanora — Februari 3, 2011 @ 2:34 pm
IKUT nge-link dong…..
tengkiyu,,,,,,,
Komentar oleh Alif Wangsa — Desember 2, 2012 @ 12:50 pm
[…] paling tidak terdapat 42 teknologi konservasi air, sebagai jebakan-jebakan air sebelum ia teralirkan bebas ke laut. Salah satunya yang terkenal […]
Ping balik oleh Sumur Resapan | venus architecture — Maret 20, 2013 @ 1:09 am
[…] Kami menawarkan pendekatan persil lahan untuk mekanisme adaptasi dikaitkan dengan perubahan iklim global. Intinya adalah setiap pemilik persil lahan harus melakukan “sesuatu” yaitu membangun sistem resapan dan atau sistem genangan di persil lahannya masing-masing. Dan itu tidak hanya dilakukan di kawasan rawan banjir saja, tapi di seluruh wilayah DAS bersangkutan. Karena itu diperlukan aksi kolektif skala lokal di seluruh wilayah DAS. Teknologi sederhana untuk itu bisa dilihat di halaman: https://bebasbanjir2025.wordpress.com/teknologi-pengendalian-banjir/ […]
Ping balik oleh dwi paradise 12 — Desember 3, 2013 @ 4:50 pm
Jakarta tdk pernah lepas dari banjir.
Komentar oleh Sewa Mobil Jakarta — Januari 8, 2014 @ 2:21 pm
Apa saja penerapan teknogi pengendalian banjir yang dilakukan di jakarta? saya pernah membaca satu sumber dikatakan bahwa ditahun 1915an telah diterapkan teknogi untuk mencegah banjir. Saya sangat buth jawabannya, thank you!
Komentar oleh Harianto Nainggolan — Maret 6, 2014 @ 1:36 pm