BebasBanjir2015

Kalimantan Timur

19 Desember 2011

Pemkot Dinilai Belum Serius Tangani Banjir 2012 Dianggarkan Rp 14,5 M

Sumber:http://www.kaltimpost.co.id/ 19 Desember 2011

MASIH JADI MOMOK: Banjir di Jalan Juanda menghambat arus lalu lintas, beberapa waktu lalu.

SAMARINDA – Tiap musim hujan, banjir selalu menghantui Kota Tepian. Tiap tahun Pemkot Samarinda menganggarkan dana penanggulangan banjir, namun banjir tetap saja terjadi. Tahun 2012, Bidang Pengendalian Banjir pada Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Samarinda menerima anggaran pengendalian banjir sebesar Rp 14,5 miliar dalam APBD 2012 dan Rp 700 juta dari subsidi pemprov.

Kepala Bidang Pengendalian Banjir DBMP Ari Hermawanto mengatakan, keterbatasan anggaran pemkot selama ini mempengaruhi program kerja pengendalian banjir. “Pada APBD 2011 kami mendapat Rp 1,25 miliar. Dalam APBD-P sebesar Rp 4,6 miliar bantuan dari provinsi. Anggaran difokuskan pada proyek pengerukan drainase,” terangnya. Dana yang tak seberapa ini katanya, hanya terlaksana untuk penanganan banjir jangka pendek.

Meski demikian, instansinya sudah merencanakan program jangka menengah hingga jangka panjang. Seperti mengendalikan banjir dari daerah hulu dan penataan Daerah Aliran Sungai (DAS), serta pengedalian pasang-surut Sungai Mahakam. “Kalau hanya mengandalkan anggaran dari pemkot tentu sangat berat. Karena itu kami juga berharap subsidi dari Pemprov,” terangnya.

Tahun 2012 nanti katanya, instansinya akan mendapat anggaran pengendalian banjir sebesar Rp 14,5 miliar dalam APBD 2012 dan Rp 700 juta dari subsidi pemprov. Di antara anggaran itu akan digunakan untuk membeli mobil penghisap lumpur dengan total anggaran Rp 7,5 miliar. Sayangnya, saat dihubungi Kaltim Post kemarin, dia tak bisa merinci penggunaan anggaran tersebut.

Sebelumnya diberitakan, banjir masih menjadi momok Kota Samarinda. Mulai tahun ini Pemprov telah memberikan perhatian dengan kucuran dana Rp 620 miliar secara bertahap melalui anggaran tahun jamak (multiyears) hingga 2013. Anggaran ini hanya sebatas perbaikan sub-sistem titik-titik rawan banjir.

Ari mengatakan, titik banjir yang terjadi tahun ini lebih banyak dari tahun sebelumnya. Pada 2010 ada 29 titik genangan, sementara tahun 2011 bertambah menjadi 36 titik. Sebaliknya, ada kawasan yang luasan dan lamanya genangan air berkurang, tapi tetap kebanjiran. Seperti di simpang empat Mal Lembuswana, Jalan Mayjen Sutoyo, dan Jalan Lambung Mangkurat.

Sementara warga menuding pemerintah masih setengah hati menangani banjir. Suciwati, warga Jalan Lambung Mangkurat Gang 3 mengatakan, kawasan tempat tinggalnya selalu jadi langganan banjir. Apalagi jika intensitas hujan terjadi 3-5 jam. Kalau sudah begitu, air akan menggenangi jalan di depan rumahnya.

“Memang genangan air tidak separah tahun 2005. Saat itu hujan 2 jam saja, air sudah masuk teras rumah. Makanya rumah ditinggikan, biar enggak masuk airnya,” ucap perempuan berusia 23 tahun ini. Dia menambahkan, seperti hujan Sabtu (17/12) lalu, sudah membuat kawasan depan rumahnya tergenang air. Padahal saluran parit yang berada di depan rumahnya selalu dikeruk sebulan sekali.

“Menurut warga di sini (Jalan Lambung Mangkurat, Red.), penyebab banjir di antaranya karena drainase di sepanjang jalan raya tidak dirawat. Buktinya, pembersihan drainase hanya dilakukan pada saat hari-hari besar saja dan kalau ada acara pemerintah saja, jadi kesannya setengah-setengah,” ujar alumnus Unmul ini.

Chairul Wahyudi, warga Jalan Ramania RT 14 Kecamatan Samarinda Ulu. Dia mengaku, meski daerahnya tidak lagi menjadi langganan bajir pada musim hujan. dia tetap mengharapkan pemerintah serius menangani banjir. (luc/ran)

Tinggalkan sebuah Komentar »

Belum ada komentar.

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.