BebasBanjir2015

Ismail Saud

Kajian Penanggulangan Banjir di Wilayah Pematusan Surabaya Barat

Ismail Saud; Dosen D3 Teknik Sipil FTSP-ITS; email: ismail@ce.its.ac.id

Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil ISSN.1907-753X; Volume 3, Nomor 1, Agustus 2007

Sumber: http://diplomasipil.its.ac.id/

ABSTRAK

Pada paper ini akan dipaparkan tentang kajian penyelesaian banjir di wilayah pematusan  Surabaya Barat. Metodologi yang digunakan dalam studi ini, meliputi : melakukan survey  dan indentifikasi; mengkaji sistem drainase Surabaya Barat; melakukan analisa hidrologi;  membuat analisa untuk pengembangan solusi alternatif dan merumuskan kesimpulan  terhadap hasil studi. Faktor penyebab banjir di kawasan Surabaya Barat, diantaranya  curah hujan yang tinggi, pasang air laut dan kemampuan alir sungai/saluran rendah serta  adanya hambatan-hambatan aliran pada saluran. Rencana tata guna lahan dimasa yang  akan datang memiliki kecenderungan meningkatnya aliran permukaan. Daerah aliran  sungai (DAS) bagian hulu telah berkembang sebagai kawasan terbangun sehingga tidak  tersedia lahan cukup luas yang dapat digunakan sebagai retention basin yang dapat  mengurangi debit banjir yang mengalir ke sungai. Perlunya dilakukan pengurangan debit  aliran yang mengalir ke Saluran Gunungsari dengan cara membagi debit aliran dari saluran  ke sungai terdekat yaitu Kali greges, Kali Balong, Kali Kandangan dan Kali Sememi.  Normalisasi saluran direncanakan dengan memperbesar dimensi, peninggian tanggul  maupun merubah kemiringan dasar saluran. Peninggian tanggul menyebabkan aliran air  dari lahan di kanan atau kiri tanggul tidak dapat langsung mengalir ke sungai sehingga diperlukan side drain dan kolam penampungan sementara.

Kata kunci: Hidroulis, Drainase, Banjir

1. PENDAHULUAN

Permasalahan banjir kota Surabaya sampai  saat ini belum dapat tertangani secara  menyeluruh walaupun pemerintah kota  Surabaya telah berupaya semaksimal  mungkin untuk mengatasinya. Hal ini terjadi  karena kondisi fasilitas drainase yang ada di  kota ini semula merupakan fasilitas irigasi,  dimana kedua fasilitas ini mempunyai tujuan  karakter yang bertolak belakang. Dengan  kondisi tersebut maka sudah tidak mungkin  lagi beban drainase kota Surabaya ditambah  oleh perkembangan perubahan lahan sampai  kondisinya banar benar dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Sejalan dengan perkembangan perubahan  lahan di wilayah Surabaya barat-utara dari  lahan terbuka menjadi daerah perumahan,  dari evaluasi tanah yang lebih rendah  menjadi elevasi tanah yang lebih tinggi, dari  daerah tampungan menjadi daerah limpasan  air yang menuju saluran drainase, padahal  disisi lain perkembangan peningkatan  kapasitas drainase belum mampu  mengimbangi perkembangan perubahan  lahan tersebut karena terbatasnya anggaran yang tersedia.

Kawasan yang tergenang dari tahun ke tahun  semakin meningkat. Hal ini menunjukkan  bahwa kapasitas saluran pemutusan saat ini  sudah tidak mampu lagi mengalirkan air  limpasan yang semakin tahun semakin besar  karena perubahan fungsi lahan. Kondisi  seperti ini bertambah parah karena  kesadaran masyarakat masih kurang untuk  ikut bertanggung jawab terhadap keberadaan saluran pematusan.

Sebagian masyarakat masih menganggap  bahwa saluran pematusan sebagai tempat  buangan sampah, sebagian lagi  memanfaatkan untuk kepentingan pribadi,  dan sebagian lagi melakukan perubahan  fungsi fasilitas drainase menjadi fasilitas  pribadi, serta ada sebagian lagi yang  bermaksud memperindah saluran tersebut  tetapi justru mematikan fungsi saluran yang  sebenarnya. Semua itu seakan tanggung  jawab keberadaan saluran hanya dipundak pemerintah.

Dengan kondisi demikian, yang timbul saat  ini adalah saling menyalahkan satu sama  lain, pihak pemerintah menuding  masyarakat yang mempunyai rasa memiliki,  dilain pihak masyarakat menganggap pemerintah tidak mampu mengurus saluran,

dan menganggap industri pemukiman /  pengembangan adalah salah satu pihak yang  harus bertanggung jawab terhadap timbulnya banjir.

Jika kondisi seperti ini dibiarkan maka  permasalahan banjir kota Surabaya  khususnya diwilayah Surabaya barat-utara  tidak akan pernah selesai. Berkaitan dengan  hal tersebut diatas maka dibutuhkan suatu  penyelesaian yang dapat diterima semua  pihak tetapi secara teknis mampu mengatasi  permasalahan banjir saat ini dan dimasa  mendatang. Untuk itu dibutuhkan suatu  ”Studi Hidroulis Sub Sistem Drainase Surabaya barat”.

Dalam studi ini akan dilakukan kajian  tentang penyelesaian banjir diwilayah  pemutusan Surabaya barat dengan  mempertimbangkan kepentingan berbagai pihak.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Penentuan Lokasi Pengukuran

Pada studi ini dilakukan pengukuran debit  air sebanyak 30 titik dan pengukuran  sedimen sebanyak 30 titik. Pengukuran debit  dilakukan untuk mengetahui Base Flow di  saluran-saluran yang ada di Surabaya Barat  khususnya di sistem saluran Gunungsari.  Sedangkan pengukuran sedimen yang  dilakukan adalah pengukuran Bed Load dan Suspended Load.

2.2.Pengukuran Kecepatan Sungai

Pengukuran kecepatan aliran menggunakan  Current Meter yang ditempatkan pada  kedalaman 0,6 H dari permukaan air.  Sedangkan pengambilan titik pengukuran  pada tiap-tiap Cross Section saluran adalah 3 titik.

2.3.Hidrologi

2.3.1. Curah Hujan Rerata Harian

a. Cara tinggi rata-rata

Tinggi rata–rata curah hujan didapat  dengan mengambil nilai rata-rata hitung  (arithmetic mean) pengukuran hujan di  pos-pos penakar hujan didalam areal tersebut. Dan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Soemarto, 1995).

Cara ini akan memberikan hasil yang  dapat dipercaya jika pos-pos penakar  ditempatkan secara merata di areal  tersebut, dan hasil penakaran masingmasing  pos penakar tidak menyimpang  jauh dari nilai rata-rata seluruh pos di seluruh areal

b. Cara poligon Thiessen

Cara ini dipakai jika letak stasiun  pencatat hujan didaerah aliran sungai  tersebut tidak merata. Rumus yang  digunakan sebagai berikut (Suyono, 1985).

2.3.2. Curah Hujan Rancangan Maksimum

Pada studi ini, untuk menentukan curah  hujan rancangan digunakan metode analisa  frekuensi Log Pearson Type III, karena  metode ini lebih fleksibel dan dapat dipakai  untuk semua sebaran data, yang mana  besarnya harga parameter statistiknya yaitu   koefisien kepencengan (Cs) dan koefisien kepuncakan (Ck), tidak memiliki batasan harga tertentu.

Distribusi Log Pearson Type III  memperhitungkan tiga parameter statistiknya yaitu:

(1). Harga rata-rata (mean)
(2). Simpangan baku (standart deviasi)
(3). Koefisien kepencengan (skewness)

Adapun tahapan untuk menghitung curah  hujan rancangan dengan metode ini adalah sebagai berikut : (Soemarto, 1987).

(1). Data rerata hujan harian maksimum  tahunan sebanyak n buah diubah dalam bentuk logaritma (Log X).

(2). Dihitung harga logaritma rata-rata

(3). Dihitung harga simpangan baku

 

(4). Hitung koefisien kepencengan dengan rumus :

(5). Hitung logaritma curah hujan rancangan periode ulang tertentu :

Dengan harga G diperoleh berdasarkan  harga Cs dan tingkat probabilitasnya.

(6). Curah hujan rancangan dengan periode ulang tertentu adalah antilog Xt.

2.3.3. Uji Kesesuaian Distribusi

Untuk mengetahui apakah suatu data sesuai  dengan jenis sebaran teoritis yang dipilih,  maka setelah penggambarannya pada kertas  probabilitas perlu dilakukan pengujian lebih  lanjut. Pengujian ini biasanya dengan uji  kesesuaian (testing of goodness of fit) yang  dilakukan dengan dua cara yaitu Uji Smirnov  Kolmogorof dan Uji Chi Kuadrat (Shahin,  1976). Plotting data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

(a). Data curah hujan maksimum harian  rata-rata tiap tahun disusun dari kecil ke besar.

(b). Hitung probabilitasnya dengan  menggunakan rumus Weibull (Subarkah, 1980) :

(c). Plotting data hujan (Xi) dengan probabilitas (P).

(d). Tarik garis durasi dengan mengambil titik-titik.

2.3.4. Perhitungan Intensitas Hujan

Hal terpenting dalam pembuatan rancangan  dan rencana adalah distribusi curah hujan.  Distribusi curah hujan adalah berbeda-beda  sesuai dengan jangka waktu yang ditinjau  yakni curah hujan tahunan (jumlah curah  hujan dalam setahun), curah hujan bulanan  (jumlah curah hujan dalam sebulan), curah  hujan harian (jumlah curah hujan dalam 24  jam). Harga-harga yang diperoleh ini dapat  digunakan untuk menentukan prospek  dikemudian hari dan akhirnya digunakan  untuk perencanaan sesuai dengan tujuan yang dimaksud.

Dalam pembahasan data hujan ada 5 buah unsur yang harus ditinjau, yaitu :

a. Intensitas i, adalah laju hujan = tinggi air  persatuan waktu misalnya, mm/menit, mm/jam, mm/hari.

b. Lama waktu (duration) t, adalah lamanya  curah hujan (durasi) dalam menit atau jam.

c. Tinggi hujan d, adalah jumlah atau  banyaknya hujan yang dinyatakan dalam  ketebalan air di atas permukaan datar, dalam mm

d. Frekuensi, adalah frekuensi kejadian,  biasanya dinyatakan dengan waktu ulang  (return periode) T, misalnya sekali dalam T (tahun)

e. Luas, adalah luas geografis curah hujan  Untuk menghitung intensitas hujan digunakan  rumus Dr. Isiguro (1953).

2.3.5. Waktu Konsentrasi

Asumsi bahwa banjir maksimum akan terjadi   jika hujan berlangsung selama waktu   konsentrasi atau melebihi waktu konsentrasi   menyebabkan parameter waktu konsentrasi   menjadi penting dikaji. Waktu konsentrasi   didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan   air hujan yang jatuh dititik terjauh dari   suatu daerah aliran untuk mencapai titik tinjau (outlet).

Lama waktu konsentrasi bisa didapatkan   melalui hasil pengamatan ataupun dengan   suatu pendekatan rumus. Pendekatan rumus   yang ada pada umumnya mengacu pada   jarak dari tempat terjauh jatuhnya hujan   sampai titik tinjau (L) dan selisih ketinggian   antara titik terjauh tersebut dengan titik tinjau (H), ataupun juga kemiringan lahan   yang ada. Untuk menghitung waktu   konsentrasi dipakai persamaan sebagai berikut (anonymous, 1974)

Selain rumus diatas, ada juga rumus empiris   yang umum dipakai untuk memprediksi   waktu konsentrasi adalah rumus Kirpich yang   dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut :

Kalau L dan H dinyatakan dalam meter dan   tc dalam menit, maka rumus diatas menjadi sebagai berikut ;

2.3.6. Koefisien Pengaliran

Koefisien pengaliran merupakan   perbandingan antara jumlah air yang   mengalir di suatu daerah akibat turunnya   hujan, dengan jumlah hujan yang turun di   daerah tersebut (Subarkah, 1980).   Koefisien pengaliran pada suatu daerah   dipengaruhi oleh kondisi karakteristik (Sosrodarsono dan Takeda, 1976), yaitu :

(a). Kondisi hujan
(b). Luas dan bentuk daerah pengaliran
(c). Kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar sungai
(d). Daya infiltrasi dan perkolasi tanah
(e). Kebebasan tanah
(f). Suhu udara, angin dan evaporasi
(g). Tata guna lahan

Dalam perencanaan sistem drainase kota,   jika tidak ditentukan harga koefisien   pengaliran daerah dapat dipakai pendekatan   besarnya angka pengaliran (C) ditetapkan (Subarkah 1980).

2.3.7. Perhitungan Debit Banjir Rencana

Debit banjir rencana adalah debit banjir   yang digunakan sebagai dasar untuk merencanakan tingkat pengamanan bahaya   banjir pada suatu kawasan dengan   penerapan angka-angka kemungkinan   terjadinya banjir terbesar. Banjir rencana   ini secara teoritis hanya berlaku pada satu   titik di suatu ruas sungai, sehingga pada   sepanjang ruas sungai akan terdapat besaran banjir rencana yang berbeda.

Untuk memecahkan permasalahan tersebut   diatas terdapat sebuah metode untuk   mendapatkan hidrograf tanpa data yang   dibutuhkan. Soil Conservation Service, U.S.   Department Of Agriculture (USDA SCS) pada   tahun 1972 telah mengembangkan metode   tersebut. Metode ini menggunakan parameter daerah pematusan.

US SCS mengembangkan suatu formula   dengan koefisien empiris yang berhubungan   dengan elemen dari unit hidrograf yang   menggambarkan karakteristik daerah aliran   sungai. Unit hidrograf dibangun dengan   elemen debit puncak Qp (m3/dt), Tp (jam)   dan Tb (jam). Formula hidrograf satuan sintetis SCS dijelaskan sebagai berikut:

3. METODOLOGI

Metodologi yang digunakan pada studi ini   dibagi menjadi beberapa tahap, sebagai berikut:

  1. Melakukan survey dan indentifikasi, yang mencakup : kondisi DAS, pengukuran penampang sungai, waduk lapangan dan potensi penampungan, penentuan lokasi pengukuran, pengukuran kecepatan.
  2. Mengkaji sistem drainase Surabaya   Barat, yang mencakup : tinjauan sistem   drainase eksisting, perubahan tata guna   lahan, operasi dan pemeliharaan saluran dan tinjauan unsur kelembagaan.
  3. Melakukan analisa hidrologi, yang   mencakup : analisa hujan harian   maksimum rata-rata, pengujian data   hujan, analisis hujan rancangan, tata   guna lahan, dan perhitungan debit banjir rencana.
  4. Membuat analisa untuk pengembangan   solusi alternatif, yang mencakup:   pemodelan hidroulik sistem drainase,  penetapan skenario pemodelan, hasil
    pemodelan & analisa, serta dasain saluran.
  5. Merumuskan kesimpulan hasil studi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisa Hidrologi

4.1.1 Analisa Hujan Harian Maks Rata-rata

Hujan harian maksimum rata-rata dihitung   dari data hujan yang diukur distasiun   penakar hujan yang berpengaruh pada   setiap daerah aliran sungai. Daerah aliran   sungai tersebut adalah Das Kali Balong, Kali Kandangan, Kali Sememi dan Kali Greges.

Analisa hujan harian maksimum rata-rata   dihitung dengan menghitung rata-rata hujan   dari beberapa stasiun hujan pada hari yang   sama selama satu tahun baik menggunakan   rata-rata aritmetik maupun poligon Thiesen.   Hasil rata-rata terbesar merupakan hujan harian maksimum untuk tahun tersebut.

Tabel diatas memperlihatkan bahwa hujan   harian maksimum rata-rata tertinggi terjadi   di DAS Kali Balong. Sedangan, yang terendah terjadi pada DAS Kali Sememi,

4.1.2 Pengujian Data Hujan

Pengujian bertujuan untuk menetapkan   apakah distribusi kemungkinan teoritis yang   dipilih sesuai dengan distribusi kemungkinan   dari data pengamatan. Untuk itu digunakan   dua cara pengujian yang umum digunakan dalam analisa hidrologi, yaitu uji Smirnov Kolmogorov dan uji Chi Square.

Tabel diatas memperlihatkan bahwa dengan   jumlah data n=15 dan a=5%, maka diperoleh   Δcr = 0.338 > Δmax sehingga dapat dinyatakan diterima.

Tabel diatas memperlihatkan bahwa dengan   jumlah dk = 2 dan derajat kepercayaan a =   5%, maka diperoleh X2kritis = 5.99 > X2hitung sehingga dapat dinyatakan diterima.

4.1.3 Analisis Hujan Rancangan

Curah hujan rancangan / rencana untuk   periode ulang tertentu secara statistik dapat   diperkirakan berdasarkan seri data curah   hujan harian maksimum tahunan (maximum   annual series) jangka panjang dengan   analisis distribusi frekuensi. Curah hujan   rancangan/desain ini biasanya dihitung untuk periode ulang 2, 5, 10, dan 25 tahun

Tabel diatas memperlihatkan bahwa tinggi   hujan rencana terjadi pada DAS Kali   Kandangan. Sedangkan yang terendah terjadi pada Das Kali Greges.

4.1.4 Tata Guna Lahan

Tata guna lahan di wilayah Surabaya Barat   dikelompokan menjadi beberapa   penggunaan seperti pada gambar berikut.

Gambar 1. Tata Guna Lahan Wilayah Surabaya Barat

4.2.Analisa untuk Pengembangan Solusi Alternatif

4.2.1 Permodelan Hidroulik pada Sistem Drainase

Model Matematis Sistem Gunungsari terdiri  dari Saluran Gunungsari, Kali Balong, Kali  Kandangan, Kali Sememi dan Kali Greges  serta anak-anak sungai yang ada. Pada  permodelan ini saluran/sungai yang  bermuara langsung ke laut dianggap sebagai  saluran utama sedangkan saluran Gunungsari  tidak dianggap sebagai saluran primer  namun sebagai saluran sekunder (saluran  Kolektor) yang bermuara di sungai Balong,  Sememi, Kandangan atau saluran lain yang bermuara ke laut.

Inflow dari model adalah hidrograf/debit  banjir rencana dari sub DAS – sub DAS  sedangkan kondisi batas hilir permodelan  adalah elevasi permukaan air laut (Selat madura)

4.2.2 Penetapan Skenario Permodelan

Sekenario permodelan yang dilakukan terdiri dari :

  1. Permodelan saluran drainase kondisi   eksisting dengan penggunaan lahan di   DAS pada kondisi eksisting. Permodelan   ini bertujuan untuk mengetahui kondisi   aliran air pada saluran dengan kondisi   saat ini bila mengalir debit banjir   rencana. Dari permodelan ini diharapkan   dapat diketahui apakah saluran drainase   masih memiliki daya alir yang cukup atau   dengan kata lain dapat diketahui   dipenampang saluran mana saja yang terjadi luapan air banjir.
  2. Permodelan saluran drainase kondisi   eksisting dengan penggunaan lahan di   DAS pada kondisi yang akan datang.   Permodelan ini dilakukan bilamana   saluran kondisi eksisting masih mampu   mengalirkan debit banjir rencana dengan   kondisi tata guna lahan saat ini dan perlu   ditinjau apakah masih mampu   mengalirkan debit banjir rencana dengan   tata guna lahan rencana dimasa yang   akan datang tanpa menimbulkan luapan   banjir. Bila hasil analisa skenario   pertama dihasilkan saluran sudah tidak   mampu mengalirkan debit banjir rencana   untuk tata guna lahan saat ini maka tidak   perlu dilakukan skenario kedua, sebab   ada kecenderungan bahwa dimasa yang   akan datang limpasan permukaan akan   meningkat dibanding saat ini akibat terjadinya perubahan tata guna lahan.
  3. Permodelan saluran drainase alternatif   solusi dengan penggunaan lahan di DAS   pada kondisi eksisting. Permodelan ini   dilakukan untuk mengetahui bilamana   alternatif solusi ini di lakukan   pengaruhnya terhadap profil permukaan air akibat mengalir debit banjir rencana.
  4. Permodelan saluran drainase alternatif   solusi dengan penggunaan lahan di DAS   pada kondisi yang akan datang.   Permodelan ini dilakukan untuk   menganalisa setiap alternatif solusi   terhadap kemampuan saluran   mengalirkan debit banjir rencana dalam   arti tidakterjadi peluapan debit banjir   dari saluran ke lahan. Hasil permodelan   ini akan dijadikan dasar untuk perencanaan penanggulangan banjir.
  5. Permodelan untuk melihat pengaruh   aliran balik terhadap debit banjir.   Permodelan ini dilakukan dengan   melakukan simulasi pada saat air surut   terendah, mean sea level dan permukaan air laut pasang tertinggi.

4.2.3 Hasil Permodelan dan Analisa

Pada bagian ini hanya disajikan contoh hasil   permodelan dan analisa untuk Kali Kandangan saja.

A. Skenario saluran eksisting dengan tata guna lahan eksisting

Kali Kandangan terdiri dari Saluran primer   Kandangan, Saluran Larangan dan saluran Gunungsari.

Gambar 2. Profil muka air Kali Kandangan kondisi eksisting dengan tata guna lahan eksisting

Profil permukaan air Kali Kandangan sangat   di pengaruhi oleh aliran balik pasang air   laut. Beberapa penampang sungai memiliki   elevasi tebing lebih rendah dari pasang air   laut sehingga walaupun debit aliran air   hujan kecil (Q1.25) elevasi permukaan air   lebih tinggi dari elevasi tebing. Bila debit   aliran besar maka elevasi permukaan air   menjadi lebih tinggi karena bertemu dengan   pasang air laut. Aliran balik di Kali   kandangan mempengaruhi elevasi permukaan air saluran-saluran di hulu.

Gambar 3. Profil muka air Kali Larangan kondisi eksisting dengan tata guna lahan eksisting

Elevasi permukaan air Kali Larangan   dipengaruhi oleh elevasi permukaan air Kali   Kandangan. Penampang sungai eksisting   sebagian besar masih mampu mengalirkan   debit banjir periode 1.25 tahunan. Namun   pada beberapa penampang dihilir dan hulu    terutama yang memiliki tebing rendah   terjadi luapan baik untuk debit 1.25 tahun,   5 tahun, 10 tahun dan 25 tahunan. Air   mengalir dari Kali Larangan dan saluran   Gunungsari ke Kali kandangan melalui   pelimpah dan pintu air. Keberadaan   pelimpah di sungai menyebabkan kenaikan   permukaan air dan bila pintu air terlambat   dibuka maka akan menyebabkan kenaikan   permukaan air di saluran Gunungsari dan Kali Larangan.

Gambar 4. Profil muka air Saluran Gunungsari kondisi eksisting dengan tata guna lahan eksisting

Gambar 4 adalah profil permukaan air   Saluran Gunungsari. Pada permodelan ini   saluran Gunungsari hanya menerima debit   dari saluran Kandangan Gunung 1 dan   Saluran Manukan Lor. Penampang saluran   Gunungsari cukup besar untuk mengalirkan   debit dari saluran-saluran tersebut. Namun   profil permukaan air disaluran Gunungsari    lebih ditentukan oleh aliran balik dari Kali   Kandangan sehingga pada debit lebih dari 5   tahunan elevasi permukaan air lebih tinggi dari elevasi tebing/tanggul saluran.

B. Skenario saluran eksisting dengan tata guna lahan rencana

Pada skenario ini dilakukan simulasi untuk   melihat kondisi profil permukaan air   sungai/saluran saat ini bila mengalir debit   banjir dari daerah aliran yang telah berubah    tata guna lahannya seperti rencana   perkiraan perubahan tata guna lahan yang   akan datang. Simulasi ini untuk melihat   pengaruh bila tidak dilakukannya perbaikan saluran dimasa mendatang.

Hasil simulasi menunjukkan bahwa elevasi   permukaan air lebih tinggi dari kondisi   skenario pertama yang telah disajikan   diatas. Hal ini disebabkan bahwa rencana   tata guna lahan akan datang memiliki   kecenderungan meningkatnya lahan tidak   serap air sehingga limpasan permukaan   meningkat. Dengan debit limpasan   permukaan meningkat sedangkan kondisi   saluran tidak berubah menyebabkan   terjadinya kenaikan permukaan air di sungai atau saluran.

Gambar 5. Profil muka air Kali Kandangan kondisi eksisting dengan tata guna lahan rencana

 

Gambar 6. Profil muka air Kali Larangan kondisi eksisting dengan tata guna lahan rencana

Gambar 7. Profil muka air Saluran Gunungsari kondisi eksisting dengan tata guna lahan rencana

C. Skenario saluran rencana dengan tata guna lahan eksisting

Pada skenario ini dilakukan simulasi pada   saluran rencana (normalisasi) dengan inflow    debit yang berasal dari daerah alirannya   dengan kondisi tata guna lahan eksisting.   Normalisasi dilakukan dengan melebarkan   saluran, merubah dasar saluran maupun   hanya menggali endapan sedimen yang ada
dalam saluran.

Pada Gambar dibawah ini di sajikan profil   permukaan air pada saluran dimana garis   berwarna merah adalah profil permukaan air   debit aliran periode ulang 1.25 tahunan,   garis warna kuning adalah profil permukaan   air debit banjir rencana 5 tahunan, garis   berwarna hijau adalah profil permukaan air   debit banjir rencana 10 tahunan dan garis   berwarna biru adalah profil permukaan air   untuk debit banjir rencana 25 tahunan.   Garis berwarna ungu adalah profil   permukaan tanggul rencana, garis putusputus   berwarna biru muda dan coklat adalah   profil tebing saluran yang ada dan garis   tebal berwarna hitam adalah profil dasar saluran rencana.

Gambar 8. Profil muka air Kali Kandangan kondisi rencana dengan tata guna lahan eksisting

Gambar 9. Profil muka air Kali Larangan kondisi rencana dengan tata guna lahan eksisting

Gambar 10. Profil muka air Saluran Gunungsari kondisi rencana dengan tata guna lahan eksisting

D. Skenario saluran rencana dengan tata guna lahan rencana

Pada skenario ini dilakukan simulasi pada   saluran rencana (normalisasi) dengan inflow   debit yang berasal dari daerah alirannya   dengan kondisi tata guna lahan rencana yang   akan datang. Normalisasi dilakukan dengan   melbarkan saluran, merubah dasar saluran   maupun hanya menggali endapan sedimen yang ada dalam saluran.

Pada Gambar dibawah ini di sajikan profil   permukaan air pada saluran dimana garis   berwarna merah adalah profil permukaan air   debit aliran periode ulang 1.25 tahunan,   garis warna kuning adalah profil permukaan   air debit banjir rencana 5 tahunan, garis   berwarna hijau adalah profil permukaan air   debit banjir rencana 10 tahunan dan garis   berwarna biru adalah profil permukaan air   untuk debit banjir rencana 25 tahunan.   Garis berwarna ungu adalah profil   permukaan tanggul rencana, garis putusputus   berwarna biru muda dan coklat adalah   profil tebing saluran yang ada dan garis   tebal berwarna hitam adalah profil dasar   saluran rencana. Simulasi ini yang akan   dijadikan dasar desain saluran untuk masa yang akan datang.

Gambar 11. Profil muka air Kali Kandangan kondisi rencana dengan tata guna lahan rencana

Gambar 12. Profil muka air Kali Kandangan kondisi rencana dengan tata guna lahan rencana

Gambar 13. Profil muka air Saluran Gunungsari kondisi rencana dengan tata guna lahan rencana

 

4.2.4 Desain Saluran

Desain saluran didasarkan pada debit aliran   yang berasal tata guna lahan kondisi   rencana yang akan datang. Debit banjir   rencana yang digunkan adalah debit banjir   rencana 10 tahunan untuk saluran primer   dan 5 tahunan untuk saluran sekunder.   Saluran yang memiliki kapasitas alir lebih kecil dari debit banjir rencana yang mengalir dilakukan normalisasi. Pada bagian ini hanya dipaparkan salah satu desain saluran, yakni untuk Kali Balongsari.

Gambar 14. Penampang Memanjang saluran sekunder Balongsari pada kondisi desain dengan tata guna lahan rencana, debit banjir Q 5 tahun

5. KESIMPULAN

  1. Banjir yang terjadi di kawasan Surabaya Barat disebabkan oleh beberapa faktor  diantaranya curah hujan yang tinggi,  pasang air laut dan kemampuan alir  saluran rendah serta adanya hambatanhambatan aliran pada saluran.
  2. Rencana tata guna lahan di kawasan  Surabaya Barat dimasa yang akan datang  memiliki kecenderungan meningkatnya  aliran permukaan. Kondisi ini  menyebabkan saluran saat ini tidak akan  mampu lagi mengalirkan debit banjir rencana yang ditetapkan.
  3. Daerah aliran sungai bagian hulu telah  berkembang sebagai kawasan terbangun  sehingga tidak tersedia lahan cukup luas  yang dapat digunakan sebagai retention  basin yang dapat mengurangi debit banjir yang mengalir ke sungai.
  4. Saluran Gunungsari adalah yang di  desain sebagai saluran irigasi namun  saat ini dimanfaatkan sebagai saluran  drainase. Saluran ini mengalir dengan  kecepatan rendah dan menerima debit  banjir dari daerah aliran yang memiliki  kemiringan lahan cukup terjal  menyebabkan saluran ini tidak mampu  mengalirkan debit banjir dan terjadi luapan air.
  5. Untuk memperbesar dimensi saluran  Gunungsari ditemukan kendala  keterbatasan lahan yang tersedia. Oleh  sebab itu harus dilakukan pengurangan  debit aliran yang mengalir ke saluran  dengan cara membagi debit aliran dari  saluran Gunungsari ke sungai terdekat  yaitu Kali greges, Kali Balong, Kali Kandangan dan Kali Sememi.
  6. Kali Greges, Kali Balong, Kali Kandangan  dan Kali Sememi difungsikan sebagai  saluran primer. Sedangkan saluran  Gunungsari menjadi saluran sekundernya.
  7. Normalisasi saluran direncanakan  dengan memperbesar dimensi,  peninggian tanggul maupun merubah  kemiringan dasar saluran untuk dapat  mengalirkan debit banjir rencana  periode ulang 5 tahun pada saluran  sekunder dan 10 tahun pada saluran primer pada saat terjadi air laut pasang.
  8. Peninggian tanggul menyebabkan aliran  air dari lahan di kanan atau kiri tanggul  tidak dapat langsung mengalir ke sungai  sehingga diperlukan side drain dan  kolam penampungan sementara sehingga  kemudian dapat dialirkan ke sungai  maupun ke laut baik dengan bantuan pompa atau secara gravitasi.

5. DAFTAR ACUAN

ITS. 2006. Studi Detail Plan Sub Sistem  Drainase Surabaya Barat. FTSP ITS Surabaya.

JICA. 1998. The Studi on Comprehensive  Management Plan for The Water  Resources of The Brantas River Basin in  The Republic of Indonesia. Surabaya  Nippon Koei. 2002. Justification Study on First Priority Project. Surabaya.

Sri Harto Br. 1993. Analisis Hidrologi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

1 Komentar »

  1. SANGAT BERMANFAAT

    Komentar oleh Anonim — November 3, 2015 @ 4:29 pm


RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.